#Akusiapbersikap Kolaborasi Seniman dan Mahasiswa Universitas Budi Luhur untuk Kampanye Bahaya Pelintiran Kebencian dan Hoaks

Jakarta, 29 November 2018 – Lima seniman muda Indonesia didukung oleh In Docs dan Yayasan Tifa berkolaborasi dengan mahasiswa Universitas Budi Luhur untuk menggunakan seni dalam menyuarakan sikap terhadap pelintiran kebencian dan hoaks. Para seniman seni rupa, fotografi, komik, musik, dan film dokumenter akan meluncurkan karya mereka yang bertema “Aku Siap Bersikap” ini bersama-sama dengan berbagai kreasi mahasiswa Universitas Budi Luhur pada tanggal 29 November 2018. Maraknya hoaks, pelintiran kebencian, dan sentimen berbau politik identitas di bulan-bulan menjelang pesta demokrasi ini mendorong pentingnya generasi muda untuk bersikap mendukung toleransi dengan cara yang paling toleran, yaitu dengan menggunakan seni.

#Akusiapbersikap meluncurkan situs web tentang apa itu pelintiran kebencian dan bagaimana mengatasinya di samping dengan menampilkan karya-karya seniman dengan tema ini di kampus, serta mengkolaborasikannya dengan karya para mahasiswa. Kelima seniman tersebut adalah adalah Istiqamah Djamad (Musisi), Marishka Soekarna (Seni Rupa), Ng Swan Ti (Fotografer), Bani Nasution (Sutradara), dan Sheila Rooswitha (Komikus). Universitas Budi Luhur turut andil dalam kampanye bahaya pelintiran kebencian dan hoaks dengan tagar #Menebarkebudiluhuran.

Melalui lirik lagunya “Satu” Istiqamah Djamad yang dulunya merupakan vokalis Payung Teduh menghimbau perlunya kesadaran bahwa kita menghirup udara yang sama dan memiliki banyak kekuatan bila kita berdamai. Marishka Soekarna yang berkarya dengan medium mural melahirkan gambar dengan tajuk “Perbedaan Bisa Dikepangkan” yang melukiskan seorang ibu yang sedang mengepang rambut anaknya. Tema keluarga dan kehidupan personal merupakan sumber inspirasi para seniman yang sebelumnya tidak saling mengenal ini. Dengan fotografi, Ng Swan Ti yang lahir di sebuah keluarga Tionghoa yang bermukim di desa kecil di lereng gunung Lawu bercerita tentang kisah keluarganya yang pernah dijarah ketika isu dukun santet dipelintir sehingga menjadi kerusuhan anti Tionghoa. Sheila Rooswitha sebagai seniman komik lebih playful dengan karyanya …. Sedangkan Bani Nasution sebagai pembuat film dokumenter menceritakan kegelisahannya ketika ibunya menjadi tim sukses kandidat dari partai Islam di Pilkada Solo tahun 2015 pada filmnya “Sepanjang Jalan Satu Arah.” Selain film dokumenter “Sepanjang Jalan Satu Arah” yang telah diputar di berbagai festival dan juga menjadi nominasi FFI 2017, keempat karya seni lainnya baru dipertunjukkan pada publik pada peluncuran #Akusiapbersikap tanggal 29 November 2018 di Universitas Budi Luhur.

Peluncuran kampanye #AkuSiapBersikap diadakan pada Jumat, 29 November 2018 di Taman Laku Luhur pukul 15:00 WIB dengan diadakannya diskusi bersama seniman-seniman yang terlibat dalam gerakan #AkuSiapBersikap, Amelia Hapsari (In-docs), Daraman Triwibowo (Yayasan Tifa) , — (Mafindo), dan perwakilan dari dunia akademisi Universitas Budi Luhur “Harapannya, setelah peluncuran ini diadakan, acara-acara serupa bisa diaplikasikan di universitas-universitas lain dengan menggandeng lebih banyak lagi seniman yang terlibat,” ujar Amelia Hapsari.

Kami mengajak partisipasi publik luas untuk ikut berpartisipasi dalam kampanye ini dengan mengunggah status atau karya seni yang mendukung toleransi dan melawan pelintiran kebencian dengan tagar #AkuSiapBersikap.

Comments are closed.